Hubungan Manusia Dengan Tuhan



Kemarin saya telepon ibu saya yang berada di desa, ya hanya dengan telepon kami bisa berbincang, karena jarak kami yang amat jauh. Saya tinggal di rumah saudara yang berada di daerah Tangerang Selatan.
.
Seperti pada umumnya ketika anak menelepon ibunya, pastilah yang dibahas hal-hal yang berkaitan dengan keadaan masing-masing, kondisi kesehatan, dan yang paling penting ditanyakan kapan pulang.
.
Namun ditengah perbincangan kami yang asyik, ibu saya menyelipkan sebuah pertanyaan yang menggugah pikiran saya tentang hubungan manusia dengan Tuhannya.
.
Begini petikan percakapannya :
Ibu : "Be, perasaanmu kalau sholat disitu menghadap kemana?"
Saya : "Menghadap ke barat lah" (dengan nada sedikit tertawa)
Ibu : "Bukan, maksud Ibu, perasaan kamu?"
Saya : "Iya ke Barat, memang kenapa?" (Masih dengan nada tertawa)
Ibu : "Berarti kamu tau arah barat, timur, selatan, dan utara?"
Saya : "Engga si, orang dikasih tau arah barat disana (menghadap ke belakang rumah), ya aku yakin kalo aku menghadap barat"
Ibu : "kamu tau rumah pakde mu itu menghadap kemana?"
Saya : "wah kemana ya, bingung.."
.
Agak lama berpikir akhirnya saya tau
Saya : "Ke Timur bu.. Hahahaa.. .."
Ibu : "berarti sebenarnya kamu ga tau kan arah barat"
Saya : "iya bener juga sih.. Hahahaha"
Ibu : "kalo ibu sholat disitu, perasaan ibu menghadap ke utara"
Saya : "ya iyalah, kan kalo sholat disini menghadap ke belakang rumah pakde, sedangkan rumah kita, tempat biasa kita sholat, belakang itu arah utara"
Ibu : "makanya, Ibu udah terbiasa kalo belakang rumah itu arah utara, jadi kalo sholat disitu perasaannya menghadap ke utara deh.. hhahaha"
Saya : "yang penting udah tau kalo sholat menghadapnya ke belakang rumah pakde, hahahha"
Ibu : "Iya maka itu, kamu yakin itu arah barat karena kamu dikasih tau, bukan karena kamu benar-benar tau kalau itu arah barat"
.
Setelah itu kami membahas hal yang lain.
Menarik bagi saya ketika Ibu membahas arah barat itu. Tiba-tiba pikiran saya terbuka tentang hubungan antara manusia dan Tuhan.
.
Kita tau arah barat karena dikasih tau arah barat, sehingga kita yakin tentang kepercayaan kita tentang arah barat, bukan karena kita benar-benar tau arah barat.
.
Berbeda dengan ibu saya, ketika ia yakin arah barat menghadap ke samping rumah, ia beranggapan arah barat terus di samping rumah, bukan di belakang rumah, hingga saat ia berkunjung ke rumah kakaknya (pakde saya) dan kakaknya menunjukkan arah barat menghadap ke belakang rumah, ia tak yakin kalau itu benar-benar barat, karena ia terbiasa menyebut barat menghadap ke samping rumah. Itu ia yakini karena ia tak benar-benar tau arah barat, dan sudah terbiasa akan "barat"-nya.
.
Lantas apa hubungan cerita ini dengan Tuhan?
.
Begini..
Apa anda yakin tentang Tuhan?
Apa anda benar-benar tau tentang Tuhan?
Atau anda hanya mewarisi kepercayaan orang tua?
.
Kebanyakan dari kita meyakini Tuhan yang diyakini orang tua.
Ketika orang tua kita beragama Islam, kita seolah-olah meyakini kalau Tuhan kita adalah Allah SWT.
Ketika orang tua kita beragama Kristen, kita seolah-olah meyakini kalau Tuhan kita adalah Yesus.
Begitu pula ketika orang tua kita beragama Hindu, Budha, Konghuchu, dll.
.
Bahkan sebenarnya kita meyakini "ada Tuhan" karena kita dikasih tau kalau memang "ada Tuhan", bukan karena kita benar-benar tau bahwa "ada Tuhan"
.
Agama sejatinya ialah kepercayaan pada Tuhan, bukan warisan, namun selama ini agama selalu menjadi warisan yang menutup pikiran akan kebenaran Tuhan.
.
Sangat jelas perbedaan antara sekedar tau dan benar-benar tau.
.
Ketika kita hanya mewarisi kepercayaan orang tua terhadap Tuhan, apapun yang dilakukan orang tua menurut kepercayaannya, akan kita tiru. Seperti saat orang tua ibadah kita tiru, saat orang tua merayakan hari raya kita tiru. Sejatinya apa yang kita lakukan itu seolah-olah karena kita yakin kepada orang tua, bukan kepada apa yang kita kerjakan.
.
Berbeda ketika kita benar-benar tau tentang apa yang kita percayai. Ketika kita melakukan ibadah, ketika kita merayakan hari raya, itu kita lakukan karena kita yakin apa yang kita kerjakan adalah penghubung antara Tuhan dengan kita, bukan yakin terhadap orang lain.
.
Dan kebanyakan apa yang diyakini manusia terhadap Tuhannya, sama seperti ketika saya meyakini arah barat,
"Sekedar tau, sekedar yakin, karena kita diberi tau, bukan karena kita benar-benar tau akan kebenaran itu"
Abu Ubaidillah Blogger Indonesia, blog saya lagi StalkinAja.id

0 Response to "Hubungan Manusia Dengan Tuhan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel