Mengenang Ellyas Pical, Legenda Hidup Tinju Indonesia dan Dunia

Ellyas Pical adalah dunia pertama tinju juara dari Indonesia , dan tiga kali IBF kelas Super flyweight juara (1985 - 1989).



Masa Kecil.

Ellyas Pical (lahir di Ullath, Saparua, Maluku Tengah, Maluku, 24 Maret 1960; umur 52 tahun) adalah petinju asal Indonesia yang merupakan juara dunia pertama dari Indonesia. Ellyas Pical juga merupakan putera daerah/anak negeri Ullath, ia merupakan keturunan dari keluarga besar (fam/marga) Pical.

Ellyas Pical, seorang pemuda lugu yang lahir dan besar sebagai anak miskin, ia tidak melanjutkan sekolah karena faktor biaya, pekerjaannya tiap hari menyelam untuk mencari mutiara alami, yang menyelam sampai ke dasar laut untuk mencari mutiara alam. Karena seringnya menyelam saat kecil itu, pendengaran Pical agak kurang peka.



Awal bertinju

Pical jatuh cinta kepada olahraga tinju sejak menonton pertandingan-pertandingan tinju di TVRI, terutama pertandingan Muhammad Ali. , kemudian ditemukan oleh seorang pencari bakat tinju dan dilatih tinju di Jakarta, singkat cerita jadilah ia petinju dengan hook dan jab tangan kanannya yang sangat kuat.

Pical telah menggeluti olahraga tinju sejak berusia 13 tahun, dengan berlatih sembunyi-sembunyi karena dilarang oleh kedua orangtuanya. Elly boleh dibilang memulai karir dari nol. Ia mengenal ring tinju didilatih oleh almarhum Teddy van Room. Tiga tahun setelah tekun berlatih, ia bergabung dengan sasana tinju Garuda Pattimura. Elly memutuskan untuk memilih tinju prof. Alasannya, sebagai petinju amatir ia tak memperoleh apa-apa. Tinju amatir tak mampu memberinya harapan yang cerah di masa depan. Ellyas Pical memiliki tinggi badan 163 cm dan berat 52 kg. Dengan latihan keras selama satu setengah bulan, ia telah menunjukkan prestasi lumayan gemilang. Pukulan hook dan uppercut kirinya yang terkenal cepat dan keras itu, membawa Pical ke puncak popularitas. Oleh pers, pukulan tersebut dijuluki sebagai "The Exocet", merujuk pada nama sebuah rudal milik Perancis yang digunakan oleh Argentina yang dalam Perang Malvinas yang berkecamuk pada masa jaya Pical saat itu.

Dengan latihan lebih keras dan intensif pasti ia akan menunjukkan prestasi yang lebih tinggi, ia memang punya cita-cita untuk menjadi juara dunia. "Yakin saya. Pasti," katanya mengenai cila-citanya itu. Itu makanya sampai kini ia mengaku tak pernah memikirkan soal pacar. Nanti, setelah tiga kali mempertahankan gelar OPBF ia baru berniat mencari teman hidup.



Kejuaraan dunia

Sebagai petinju amatir yang bermain di kelas terbang, ia kerap menjadi juara mulai dari tingkat kabupaten hingga kejuaraan Piala Presiden. Ia juga merebut gelar juara nasional di Ujungpandang, kemudian tahun 1980 dan 1981 ia terpilih sebagai petinju terbaik di kelas terbang Kejuaraan Piala Presiden. Tetapi pada SEA Games XI di Manila ia hanya merebut medali perunggu.







Karier profesionalnya dimulai pada tahun 1983 dalam kelas bantam junior. Sejak itu, berturut-turut sederet prestasi tingkat dunia diraihnya, seperti juara OPBF setelah mengalahkan Hi-yung Chung asal Korea Selatan dengan kemenangan angka 12 ronde pada 19 Mei 1984 di Seoul, Korea Selatan. Atas kemenangan ini, Pical menjadi petinju profesional pertama Indonesia yang berhasil meraih gelar internasional di luar negeri.

Ia merebut gelar juara IBF kelas bantam yunior (atau kelas super terbang) dari petinju Korea Chun Ju-do di Jakarta pada tanggal 3 Mei 1985. Elly Pical berhasil meng-KO Judo Chun ia dibopong dan mengangkat tangannya sambil berteriak “beta menang…beta menang…!!! dan ibunda Elly Pical, mama Ana menangis, juga promotor tinju legendaris Boy Bolang dan Manajer tinju Anton Sihotang.Jutaan mata orang Indonesia menatap kemenangan Ellyas Pical dengan segunung kebanggaan.

Secara lengkap berikut uraian pertandingan Ellyas Pical di kancah Kejuaraan Tinju Dunia.

1. Ellyas Pical VS Judo Chun ( Korea Selatan ) – Mei 1985 – menang KO Ronde ke-8
Satu pukulan Upper Cut Elly Pical di ronde ke – 8 akhirnya membuat Judo Chun sang Juara Dunia kelas Bantam Yr. Versi IBF mencium kanvas ring Istora Senayan Jakarta. Wasit kelas dunia Joe Cortez asal Amrik secara refleks menghitung Chun : 1,….2,….3,….4 sampai hitungan ke-10 Judo Chun tak mampu bangkit untuk meneruskan pertandingan. Penonton di Istora maupun mereka yang menyaksikan dari Televisi kemudian hanyut dalam kegembiraan. Seorang Juara Dunia Tinju telah lahir dari Bumi Pertiwi ini. Kegembiraan yang sama juga dirasakan di Ambon dan Saparua kota Kelahiran Elly. Euforia pesta kemenangan Elly benar-benar terasa hampir di seluruh negeri ini.

Kebanggaan yang sama kemudian juga disyukuri oleh Presiden waktu itu Pak Harto. Berkat kemenangan dalam pertandingan yang dipromotori oleh Alm. Boy Bolang itu tak hanya sabuk juara dunia saja yang diraih, penghargaan dari pemerintah maupun swasta yang bersifat materi juga berhasil didapat oleh Elly usai pesta kemenangan itu.

2. Elly Pical VS. Wayne Mulholland ( Australia ) – Agustus 1985 menang KO Ronde ke-3
Tugas pertama Elly dalam mempertahankan gelar yang diraih : menghadapi jagoan asal Australia yaitu Wayne Mulholland di Jakarta.

Wayne sempat sesumbar akan menjatuhkan Elly di atas ring, ternyata sesumbar itu makan diri sendiri.
Elly berhasil merobohkan jagoan negeri kangguru itu di ronde ke-3, bahkan boleh dibilang inilah lawan paling ringan sang jawara dibandingkan Judo Chun.

3. Elly Pical vs. Cesar Polanco ( Dominika ) jilid 1– Januari 1986 Kalah Angka
Lawan terberat Elly, karena Republik Dominika terletak di wilayah Amerika latin yang memiliki kultur tinju yang kuat dan berkarakter.

Di pertandingan ini Elly benar-benar menemukan lawan yang sepadan. Cesar Polanco, petinju yang mahal senyum ini benar-benar memenuhi janjinya untuk pulang ke Dominika tidak dengan tangan kosong. Pergerakannya yang lincah dan pukulan-pukulannya yang efektif membuat jagoan merah putih kehabisan taktik.

Ketika pertandingan berakhir 15 ronde dan hasil diumumkan 2 juri memenangkan Polanco sementara 1 juri asal Indonesia jelas memenangkan Elly Pical. Publik Istora dan pecinta tinju tanah air kecewa atas kekalahan ini. Sementara Elly yang baru saja lepas gelarnya sempat ngambek akan keluar dari sasana tempat dia bernaung. Terjadi ricuh internal dalam manajemen dan pengurus olahraga tinju akibat hasil pertandingan ini yang katanya disebabkan karena sang pelatih – Simson Tambunan salah strategi dan taktik.

4. Ellyas Pical vs. Cesar Polanco ( Dominika ) jilid II – Juni 1986 – menang KO Ronde ke-3

Ricuh internal berhasil ditangani dan diselesaikan dengan baik. Akibat kekecewaan publik tinju tanah air dan Ellyas Pical sendiri, maka disepakatilah bersama IBF pertandingan revans kontra Polanco. Polanco kembali datang ke Jakarta untuk melayani tantangan Elly. Tapi di pertandingan ini Elly ternyata lebih siap dengan strategi yang lebih agresif. Saat ronde ke-3, akibat 1 pukulan telak Elly, tanpa disadari Polanco tiba-tiba terhuyung jatuh. Wasit kembali menghitung, jagoan Dominika ini ternyata tak sanggup melanjutkan pertandingan lagi. Senayan kembali bergelora. Elly berhasil merebut gelarnya kembali. Sabuk IBF kembali ke pangkuan bumi pertiwi.

Yang menarik, seorang tua misterius asal Dominika yang tiba-tiba naik ring dan menggoyang-goyangkan tali ring sebelum pertandingan dimulai. Menurut pengakuan Official Polanco, Pria yang bernama Alberto Qaquias ini adalah tim pelatih Polanco. Tapi belakangan baru diketahui bahwa si kakek tua Qaquias ini adalah dukun yang dibawa oleh Polanco. Walau bagaimanapun “dukun” Ellyas Pical tetap paling kuat, siapa lagi kalo bukan Tete Manis ( bahasa Ambon artinya : Tuhan ).

5. Ellyas Pical vs. Lee Dong Chun ( Korea Selatan ) – Nov. 1986 menang KO Ronde – 10
Petinju Korea Selatan nampaknya sangat penasaran ingin mengalahkan Elly, salah satunya adalah Lee Dong Chun. Karena sepanjang rekor, tak satupun petinju negeri ginseng ini mampu menaklukkan si Kidal. Dalam pertandingan yang digelar menjelang akhir tahun 1986 ini ternyata Nyong Ambon terhitung terlalu tangguh bagi Dong Chun. Dong Chun kembali jadi korban Upper Cut Sang Juara di Ronde ke –10, dan tak sanggup melanjutkan pertarungan lagi.

6. Ellyas Pical vs. Khaosai Galaxy ( Thailand )- Januari 1987 – Kalah TKO Ronde 14
Keperkasaan Elly di Badan Tinju IBF, menjadi pertimbangan tersendiri bagi Elly untuk mencoba duel unifikasi ( penyatuan gelar dengan badan tinju lain ) di jalur WBA. Penasaran ingin menjadi Juara di jalur WBA, memaksa Elly harus bertarung kontra Jawara WBA tangguh asal Thailand yaitu Khaosai Galaxy. Pertarungan digelar di Jakarta. Sekedar diketahui Khaosai Galaxy adalah Juara tak terkalahkan. Berkarakter tahan pukul dan hampir semua lawannya dihabisi dengan KO maupun TKO.

Dan,….terbukti Elly ternyata tak sanggup menghadapi ketangguhan Galaxy. Di hadapan publik sendiri Pria Saparua ini benar-benar kehabisan akal untuk keluar dari tekanan Galaxy. Hampir sepanjang ronde berjalan jagoan negeri gajah putih ini mendominasi pertarungan. Puncaknya,…tepat di ronde 14, akibat luka di pelipis sebelah kiri dan stamina yang sudah habis total menyebabkan perlawanan jagoan merah putih ini berhenti. Galaxi menang, sebaliknya pecinta tinju tanah air bersedih.

Namun galaxy mengakui bahwa ini adalah pertarungan terberatnya, dan patut dicatat bahwa Ellyas Pical adalah satu-satunya lawan Galaxy yang mampu memberikan perlawanan sampai di atas ronde 10. Sebagai konsekuensi dari kegagalan ini, gelar Elly di IBF pun dicabut,..gelar yang lowong ini berhasil direbut petinju Tae Il Chang dari Korsel.

7. Ellyas Pical VS. Tae Il Chang ( Korsel ) – Okt 1987 – Menang Angka
Tak perlu terlalu bersedih dengan kegagalan, Ellypun berusaha bangkit untuk merebut gelar IBF demi kebanggaan Ibu Pertiwi. Akhirnya Badan Tinju dunia ini merestui Elly untuk tampil mencoba merebut gelarnya yang saat itu dipegang oleh Tae Il Chang, karena kebetulan Peringkat Elly masih tercantum di IBF.

Berstatus sebagai penantang jelas memberikan beban yang ringan bagi Elly. Sementara dengan Optimisme yang tinggi Il Chang sesumbar akan menjatuhkan petinju tuan rumah. Akhirnya dalam pertarungan yang digelar di Jakarta ini harapan dan doa masyarakat tanah air terkabul. Elly berhasil menemukan kembali semangat bertarung dan pola permainannya. Tae Il Chang dibuat kalang kabut dan sempat jatuh di ronde ke-14. Elly menang angka. Gelar IBF kembali ke genggaman Elly dan tanah air.

Pada tahun 1987, setelah masalah dengannya manajer Simson Tambunan Dan Anton Sihotang, serta jangka pendek manajer Dali Sofari Dan Khairus Sahel Dia akhirnya mengambil penyanyi Melky Goeslaw sebagai manajer dan Tanamal Enteng sebagai asisten manajer.

8. Ellyas Pical VS Raul Diaz ( Kolombia )- Maret 1988 – Menang Angka
Sekali lagi Elly harus menghadapi kekuatan tangguh dari Amerika latin tepatnya dari Kolombia. Lawan kali ini adalah petinju bertampang keren yaitu Raul Diaz.

Raul Diaz tak hanya lincah tapi juga licik di atas ring bahkan Overacting. Entah untuk memancing emosi lawan atau untuk apa. Pertandingan hampir berimbang.

Namun kelicikan akhirnya berbuah celaka. Di Ronde 13, Diaz kecolongan, 1 pukulan telak Elly sempat membuat jagoan kolombia ini terkapar, namun karena stamina yang masih bagus akhirnya pertandingan habis sampai ronde 15. Elly pun dinyatakan menang angka mutlak.

9. Ellyas Pical VS Kim Chang Ki (Korea) menang angka.

10. Ellyas Pical VS Mike Pelps (Amerika Serikat) menang angka di Singapura. 

Dalam pertandingan ke-9 dan ke-10 ini Elly nampak kalau stamina dan teknik-nya sudah menurun, mungkin karena faktor usia yang bertambah.

11. Ellyas Pical VS Juan Polo Perez dari Kolombia 4 Oktober 1989 - Kalah.
Pertandingan diselenggarakan di Ronoake, Virginia, Amerika Serikat, disana Ellyas Pical takluk oleh perlawanan dalam sebuah pertarungan perebutan gelar di Amerika Serikat. Kekalahan ini sekaligus menandakan pengunduran diri Elly dari gelanggang tinju dunia.



Masa pensiun



Pasca kekalahan dari Perez, Pical sempat bertanding non gelar sebanyak 3 kali, hingga akhirnya ayah dari Lorinly dan Matthew Pical ini pun sedikit demi sedikit menyingkir dari ring tinju. Pical yang tidak sempat lulus SD ini kemudian bekerja sebagai petugas keamanan (satpam) di sebuah diskotik di Jakarta.



Sisi gelap

Ia ditangkap pada 13 Juli 2005 oleh polisi karena melakukan transaksi narkoba di sebuah diskotik. Pical diduga tertangkap basah menjual obat untuk beberapa menyamar polisi di sebuah diskotik di Jakarta selama September 2005. Penangkapannya sempat menuai kritikan dari berbagai pihak yang menyoroti tiadanya jaminan hidup yang diberikan pemerintah kepada atlet yang telah mengharumkan nama negara.





Namun dari hasil pemeriksaan Kepolisian Elly hanya menjadi kambing hitam oleh Pengedar Narkoba sebenarnya. Sementara dia sendiri sebenarnya bukan pemakai, dengan kata lain dia hanya dititipin “sesuatu” yang ternyata jelas-jelas barang terlarang oleh Kepolisian. Saat itu profesi Elly menjadi Tenaga Security di tempat hiburan malam di mana Polisi melakukan razia dan akhirnya menimpanya.

Pical lalu divonis hukuman penjara selama 7 bulan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan dibebaskan pada tanggal 7 Februari 2006. Akhirnya setelah Elly bebas dan bersumpah tak ingin bersentuhan dengan barang-barang terlarang itu lagi.



Pekerjaan kini & keluarga

Setelah bebas dari penjara, Pical diterima bekerja di KONI pusat, sebagai asisten ketua KONI, Agum Gumelar (catatan: ketua KONI sekarang: Rita Subowo).



Ellyas Pical dan anaknya Felix Pical

Sepanjang karier profesionalnya, rekornya adalah 20 kemenangan (11 KO), 1 seri, dan 5 kekalahan. Dari pernikahannya dengan Rina Siahaya Pical, ia memperoleh dua orang putra: Lorinly dan Matthew, kini tinggal di perumahan Duta Bintaro, Kabupaten Tangerang.





Pada Hari Minggu 17 April 2011 Ellyas Pical menerima penghargaan Life Time Achievement menjelang berlangsungnya pertarungan gelar tinju dunia kelas bulu versi WBA di Jakarta dari Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng. Ellyas Pical mendapat penghargaan atas dedikasinya dalam dunia tinju Indonesia serta sebagai sosok petinju Indonesia pertama yang meraih gelar dunia.





Ellyas Pical, mantan juara dunia kelas terbang super IBF menjadi bintang tamu di Gelanggang Olahraga (GOR) Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Senin (21/5/2012).


Penyusun : Yohanes Gitoyo, S Pd.
Abu Ubaidillah Blogger Indonesia, blog saya lagi StalkinAja.id

1 Response to " Mengenang Ellyas Pical, Legenda Hidup Tinju Indonesia dan Dunia"

  1. Siapapun yang mengatakan bahwa mantan atlet yang mengharumkan nama bangsa di dunia internasional, salah dalam pengelolaan keuangannya sehingga bekerja serabutan, itu adalah sesuatu yang sangat tidak nasionalis, terima kasih.Elyas Pical adalah mantan petinju pertama yang mengharumkan nama INA dimata Internasional sehingga layak kalau diberi penghargaan dan diperhatikan nasibnya oleh pemerintah, yang berfikir negatif berarti tidak nasionalis, dan kurang peka terhadap atlet INA.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel