Bung Karno, Kuasa Negara dan Kuasa Modal



Ditulis Oleh : Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto-. 

Bung Karno ini memang orang luar biasa, pikirannya jempolannya dalam soal ilmu futurolog, Alvin Toffler nggak ada apa-apanya. Di tahun 1934 Bung Karno menulis soal "Kuasa Wilayah" disitu Bung Karno bilang, "Kelak dikemudian waktu, akan ada suatu wilayah yang dibeli tidak dengan kekuasaan, tidak dengan pelor-pelor, tidak dengan penindasan, tapi dengan kekuatan uang, dengan kekuatan modal" Bung Karno menulis ini saat dia mengamati lalu lintas arus dagang di pelabuhan Flores yang kecil lalu dia ingat Pelabuhan Surabaya yang besar.

Di tahun 1960 di depan beberapa orang seperti Yamin, Chaerul Saleh, Djuanda dan Jusuf Muda Dalam, Bung Karno berkata " "Kalian tahu apa itu Neokolonialisme dan Neoimperialisme, ini persoalan bukan persoalan tentang semata-mata kekuasasan geopolitik, Nekolim adalah pencaplokan wilayah dengan modal, jadi apa yang terjadi di Malaya kelak akan menjadi titik-titik baru penguasaan modal" benar kata Bung Karno, Singapura kemudian dijadikan alat modal untuk mencaplok wilayah.

"Nah, Yang kaya itu harus state, harus negara, karena negara akan menjadi pemain modal paling luar biasa" kata Bung Karno di depan Hasjim Ning dan Dasa'at di tahun 1964. Disini omongan Bung Karno benar lagi, "State atau Negara harus menjadi kekayaan utama dalam percaturan modal geopolitik"

Tahukah anda Singapura, yang kaya dari Singapura itu adalah Negara, Kekuatan Temasek -Holding BUMN-nya Singapore itu luar biasa besar. Lalu tahukah anda berapa kekuatan besar Malaysia, yang kaya dari Malaysia itu Negara, Negara-Negara ini dibentuk menjadi satu kartel oleh Inggris menjaga kepentingan modalnya di Asia Tenggara. Sementara Indonesia, Negara sama sekali tidak kaya, yang kaya adalah oligarkis yang berkelindan dengan politik. Negara kehilangan kedaulatannya.

Pak Harto tidak mau masuk dalam permainan Inggris dan Amerika Serikat di tahun 1988 Pak Harto sudah mulai melihat Jerman Barat sebagai lobi alternatif, BJ Habibie yang punya lobi Jerman Barat mau diangkat jadi Capres di tahun itu tapi dijegal oleh kelompok lain, 10 tahun kemudian di tahun 1998 Pak Harto juga dihabisi oleh kekuatan liberal.

Baik Bung Karno dan Pak Harto menggunakan paham Kekayaan State atau paham kekayaan negara, bedanya Bung Karno pakai cara pampasan model dia memampas Djepang dengan skim yang dibuat Djuanda dan kemudian Chaerul Saleh, sementara Pak Harto membuat sistem 'jeda alih modal' yang skim awalnya dibuat Widjojo lalu kemudian Suharto memilih tim BJ Habibie untuk ekspansi produksi dan tim Radius Prawiro dalam pengaturan interior keuangan dalam negeri. Tapi kemudian Suharto juga dilibas, awalnya penolakan Suharto pada IGGI yang kemudian tim Suharto juga akan menghajar IMF. Tapi Suharto terlambat, upayanya dia menghajar IMF juga lucu karena terjebak penasihan ekonominya yang konyol dan praktis Suharto ditinggal sendirian.

Sistem Neoliberalisme ini yang menihilkan ruang negara, menjadi jelas seperti soal Bawang, soal Sapi, yang nantinya menjadikan rakyat jadi mainan Liberalisme atas nama pasar, tapi dibalik Liberalisme Pasar ada permainan kartel, ada permainan modal, ada permainan monopoli, kenapa ini terjadi? "Karena negara tidak punya kuasa modal, untuk menekan pasar".

(-Anton DH Nugarahanto-. )
Abu Ubaidillah Blogger Indonesia, blog saya lagi StalkinAja.id

0 Response to "Bung Karno, Kuasa Negara dan Kuasa Modal"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel