SURAT TERBUKA UNTUK INDRA SJAFRI







Yth. Pelatih Tim Nasional Indonesia U-19, Indra Sjafri

                Sangat banyak yang mengenalmu saat anda membawa Timnas U-19 juara AFF U-19 di Sidoarjo 2013 silam, enganda bagai pelita ditengah kegelapan prestasi yang terus menemani Indonesia, anda berhasil memberikan gelar perdana setelah penantian 22 tahun lamanya, meski di level junior, setidaknya anda mampu memberi harapan prestasi yang lebih baik di kemudian hari.

                Namun banyak pula yang mengenalmu jauh sebelum enganda memberi trofi perdana bagi Indonesia, ya sejak HKFA 2012 saat anda membawa Garuda Jaya juara, piala pelajar Asia U-18 2012, saat itu anda membawa tim ini melaju sampai babak 6 besar, hingga HKFA 2013, saat anda mampu mengulang kejayaan tahun sebelumnya, termasuk saya yang mengenal namamu sejak HKFA 2012.

                Dulu saya sangat mengagumi sosokmu, mencari pemain di setiap pelosok daerah untuk mencari 11 pemain terbaik di posisi masing-masing, meski tak dibayar karena saat itu PSSI sedang kisruh, meski banyak yang menyindirmu, saya ingat betul kala itu banyak yang menyindirmu, karena mereka bilang anda hanya bisa juara di turnamen “ecek-ecek” sekelas HKFA, banyak yang menyindirmu karena timmu tak diperkuat pemain dari klub top macam Persipura atau Arema, hanya diperkuat oleh pemain klub kelas bawah, bahkan ada yang tak memiliki klub. Namun saat anda mampu membawa tim ini menuju babak 6 besar piala pelajar Asia 2012, dan ketika anda mampu membawa tim ini menang dengan skor 25-0 atas Pakistan, yang merupakan rekor kemenangan terbesar Timnas Indonesia sepanjang sejarah, cacian, hinaan perlahan mulai hilang, yang biasanya menghina tak lagi muncul batang hidungnya.

                Hingga setelah anda mampu mengakhiri puasa gelar Indonesia selama 22 tahun, hinaan dan cacian yang dulu sering anda dapatkan, seakan lenyap selamanya, berevolusi menjadi pujian, tepuk tanagan, dan sorak sorai yang makin meriah saat timmu bertanding, bahkan pertandingan kecil sekalipun, laga Timnas U-19 seperti tak menurunkan daya Tarik bagi mereka, termasuk saya tentunya untuk menyaksikan pertandingan Timnas U-19.

                Kini seluruh elemen sepakbola tanah air jatuh cinta kepada tim ini, kini kita punya harapan, untuk mewujudkan mimpi puluhan tahun Indonesia untuk manggung kembali di pentas dunia, setelah terakhir kali kita tampil di Piala Dunia U-20 pada 1979 d Jepang, rasanya taka da lagi harapan muncul untuk ke Piala dunia, terakhir peluang itu muncul pada 1986, ketika tinggal berhadapan dengan Korea Selatan untuk berangkat ke Meksiko, kita malah kandas pada laga penentu itu. Setelah itu taka da lagi peluang berarti untuk Indonesia kembali manggung di pentas dunia.


                Namun, harapan itu kembali muncul tahun ini, pada Piala Dunia U-20 2015 di Selandia Baru, kita punya peluang mewujudkan mimpi itu, tinggal menang di 4 laga piala asia Oktober nanti, kia sudah bisa berangkat ke Selandia Baru. Peluang yang muncul puluhan tahun sekali ini tentu kita semua berharap tak menjadi sia-sia seperti 1986.

                Namun, makin hari, hingga menjelang piala asia bergulir, saya semakin bertanya-tanya :

“APAKAH INI CUMA SEKEDAR MIMPI YANG SULIT KITA WUJUDKAN?”
                 
                Pertanyaan itu dengan alasan,
                Saya tergolong fanatic mendukung Timnas U-19, sejak HKFA 2012 lalu, namun tahun ke tahun, performa tim ini saya rasa menurun. Bayangkan saja, dulu pernah membantai Pakistan 25-0, melaju ke babak 6 besar piala pelajar asia di Iran, meski cuaca tak mendukung, sampai pemain banyak yang mimisan, merengkuh gelar HKFA kedua, kemudian juara AFF, menang atas Korea Selatan di penyisihan grup kualifikasi piala asia u-19.

                Setelah itu, permainan berangsur menurun, dari tour nusantara 1 tak terkalahkan, sedikit meningkat saat tour timur tengah, kalah satu kali atas oman, namun menurun lagi performanya pada tour nusantara jilid 2, hingga paling buruk terjadi di HKFA, tidak lolos penyisihan grup.

                “ADA APA DENGAN GARUDA JAYA?”     

                Apakah anggapan saya benar, kalau tim ini sangat kehilangan sosok predator, sulit mencari pengganti sepadan untuk posisi yang ditinggalkan Sabeq Fahmi, GavinKwan Adsit atau Mariando Djonak Uropmabin?

                Saya pribadi menilai ketiga pemain pengganti mereka belum bisa sepenuhnya menggantikan kontribusi mereka. Sebut saja Ilham Udin yang menggantikan GavinKwan Adsit, meski lincah, tapi untuk finishing, dia kurang bagus dalam menyelesaikan setiap peluang, Zulfiandi yang menggantikan Mariando Djonak Uropmabin, di laga resmi, Zulfiandi belum pernah memberikan gol, atau assist sekalipun, yang paling parah Maldini Pali yang menggantikan posisi Sabeq Fahmi, meski lincah, cepat, namun Maldini sangat buruk dalam penyelesaian akhir, tak satupun gol yang ia ciptakan untuk Timnas U-19 di laga resmi.

                “ADA APA DENGA INDRA SJAFRI?”


                Sifatnya dulu yang kebapakkan, mudah memaafkan orang yang berbuat kesalahan, mudah menerima masukan, seakan tak Nampak lagi pada dirinya. Sabeq Fahmi sang predator sudah lama sembuh kenapa tak dipanggil lagi? Apa mungkin alasannya akan mengganggu kekompakan im yang sudah terbentuk? Bukankah Sabeq sudah lebih lama bermain bersama Evan dkk sebelum Maldini? Lantas bagaimana dengan Martinus yang juga baru bergabung? Lalu bagaimana dengan Mariando? Indra Sjafri pernah mengatakan biarlah dia menyembuhkan total penyakitnya itu. Padahal, di tim Sriwijaya FC U-21 Mariando sering dimainkan, bahkan saat Sriwijaya jumpa Timnas U-19 di Tour nusantara jilid 2. Lantas bagaimana dengan Gavin? Indra bilang tak akan memanggil pemain ini sampai dia mencabut surat pengunduran dirinya. Padahal Gavin meminta ijin untuk bermain di Eropa karena ada kesempatan saat kondisi sepakbola Indonesia sedang dalam klimaks perpecahan, saat ada peluang merumput di Eropa, apa itu salah untuk pemain muda? Dia meminta ijin untuk meningkatkan karir sepakbolanya, di mesia social twitter dan facebok, Gavin sering meng-update kata-kata yang menunjukkan bahwa dia ingin kembali merumput bersama Evan Dimas dkk, Dan Gavin saat ini sedang libur kompetisi di Jerman, kenapa Indra Sjafri tak memanggilnya kembali. Lantas bagaimana denga Djali Ibrahim, Indra Kelana Nasution, Hasogi Candra Suseno, dll? Ah sudahlah, mungkin Anda lebih memilih pemain yang membawa nama besarmu di televisidibanding pemain yang membawa nama besarmu menuju pintu ketenaran.
                Dulu kau selalu mengarahkan pemain di pinggir lapangan saat tim sedang tertinggal, bahkan saat unggul atas Korea Selatan, kau terus saja berteriak memberi arahan di pinggir lapangan meski dalam keadaan turun hujan, tapi kali ini? kau diam, biasa saja menanggapi kekalahan buruk Indonesia di Hassanal Bolkiah Trophy?

                Apa anda lupa dengan kata-kata anda dulu yang menyebutkan bahwa Tim ini harus diiisi pemain terbaik dari seluruh penjuru negeri? Apaanda lupa dengan mereka yang membawa nama besarmu dibelakang televisi, hingga berkorban, ada yang sakit hepatitis, usus buntu, patah tulang kaki, hingga ke Eropa untuk meningkatkan skill. Apa anda lupa bagaimana anda sebelum terkenal seperti saat ini? mengisi setiap kekurangan timnas dengan perbaikan, menempatkan pemain terbaik di tiap posisi. Apa anda lupa bagaimana dulu banyak yang menyindirmu? seakan anda sudah terlena dengan kesuksesan saat ini.

                Anda selalu menggembar-gemborkan evaluasi di tiap usai laga, tapi? Dari dulu permainan Timnas U-19 seperti ini saja, taka da inovasi baru, ini membuat lawan bisa lebih mudah menganalisa kekurangan kita, hal semacam ini mampu membuat kita gagal di piala asia nanti.

                Bukan, kami bukan menginginkan pemain-pemain itu kembali, tapi kami ingin anda kembali seperti dulu. terus memperbaiki tim menjadi lebih baik, memberi arahan pada anak-anak di pinggir lapangan meski dalam keadaan unggul, dan selalu menerima kritikan dari suporter dengan lapang dada.

                Kami hanya ingin engkau tak menyia-nyiakan peluang yang hanya muncul puluhan tahun sekali bagi Indonesia, kami hanya ingin menjadi saksi sejarah bahwa Indonesia pernah mentas di piala dunia, meski kami tak bisa keSelandia baru dan hanya bisa menonton dari depan layar televisi

                Ah sudahlah pak, mungkin anda tak membaca surat terbuka saya, tapi saya ingin sekali menutarakan isi hati saya, karena saya sangat ingin melihat Indonesia manggung di pentas dunia, entah kapan lagi kita memiliki peluang yang sangat terbuka seperti ini, mungkin ini satu-satunya, mungkin peluang semacam ini akan muncul puluhan tahun lagi. Maka dari itu, kami hanya ingin anda tak menyia-nyiakan kesempatan yang sangat terbuka ini.

                Mungkin banyak juga sahabat suporter yang tak setuju dengan tulisan saya ini, mungkin banyak juga yag tak sependapat, wajar, karena kita diciptakan dalam suatu perbedaan, tapi ingat, semboyan kita msih Bhineka Tunggal Ika, maksud saya cuma satu, agar Timnas U-19 tak selalu disanjung-sanjung, masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki.

                Kami memang hanya suporter yang berangkat ke stadion untuk memberi uang pada pihak penyelenggara, kami hanya suporter yang hanya menonton dari depan layar kaca, kami hanya suporter yang hanya mendengar berita dari mesia sosial, dari koran, dan dari cara yang lain, tapi mimpi kami sama, yakni hanya ingin tim ini mentas di piala dunia, meski kebanggaan terbesar ada di diri kalian, meski kami tak mendapat apa-apa, setidaknya ada satu hal yang membuat kami ingin selalu mendukung tim ini sampai ke piala  dunia. Karena kami ingin, bangsa yang diperjuangkan kakek-nenek kami ini dikenal oleh bangsa yang lebih tua umurnya dari kita, bangsa yang lebih maju dari kita.


Sekian, wassalam
Abu Ubaidillah Blogger Indonesia, blog saya lagi StalkinAja.id

0 Response to "SURAT TERBUKA UNTUK INDRA SJAFRI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel